Rabu, 20 Juni 2012

Seks Bebas pada Remaja


Perkembangan teknologi dan lingkungan yang berbeda daripada generasi sebelumnya berdampak pada perkembangan remaja masa kini. Termasuk pengetahuan dan informasi soal seksualitas.

Makin mudahnya akses informasi menjadikan anak dan remaja masa kini cenderung lebih cepat mengenal seks. Namun, banyak orangtua yang masih risih membicarakan pendidikan seks dalam keluarga.

Psikolog seks Zoya Amirin mengatakan, kian maraknya perilaku seksual tak sehat di kalangan remaja menjadi keprihatinan tersendiri. Karenanya, sebagai lingkungan yang dikenal anak pertama kali, keluarga bisa menjadi sumber pendidikan seks yang positif.

"Orangtua telah melalui masa-masa yang dialami anak-anak mereka. Maka, seharusnya dengan memahami kondisi anak dan remaja. Orangtua bisa berbagi sekaligus mendidik bagaimana menyikapi perubahan yang terjadi pada diri anak," ucapnya kepada VIVAlife belum lama ini.

Psikolog seks yang juga menjadi dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini menyontohkan, ayah dan ibu bisa berperan sebagai teman saat terjadi perubahan fisik dan seksual pada buah hati.

Ayah bisa berperan sebagai sahabat anak laki-laki saat si anak mengalami pubertas atau mengalami mimpi basah. "Ayah bisa bilang setelah mengalami mimpi basah, kita tertarik dan terangsang melihat perempuan. Sehingga usahakan agar bila memiliki pacar berada di tempat ramai agar tak menjurus ke seks," ujarnya.

Peran ibu dalam pendidikan seks dalam keluarga menjadi penting saat anak memasuki masa menstruasi. "Kalau anak perempuan mens, ibu harus memberi pengertian bahwa anak perempuan akan mulai naksir lawan jenis dan mereka pun bisa hamil," katanya.

Dari situ, orangtua bisa mengarahkan anak agar mampu menolak lawan jenis yang mereka sukai, mendeteksi dan menolak pelecehan seksual yang dilakukan orang lain kepada mereka.

Dengan membicarakan seks secara sehat dalam keluarga, bukan saja anak mendapat informasi yang benar, mereka juga memahami mengapa terjadi perubahan pada tubuh mereka.

"Anak juga cenderung lebih terbuka kepada orangtua tentang aktivitas asmara mereka, ketimbang mereka memperoleh informasi dari luar seperti teman dan internet yang belum tentu benar."

Sumber: vivanews.com