Kamis, 06 Maret 2014

Alasan Mengapa Kebanyakan Vegetarian Kembali Makan Daging

Menjadi seorang vegetarian adalah sebuah pilihan. Jika Anda pernah mencoba menjadi seorang vegetarian yang tidak mengonsumsi daging sama sekali, namun kemudian gagal di tengah jalan, jangan khawatir karena Anda tidak sendirian!

Menurut sebuah studi terbaru yang dilakukan Dewan Riset Kemanusiaan, menyatakan, ternyata sebanyak 84 persen dari mereka yang telah menjalani pola makan sebagai vegetarian dan vegan , dapat kembali ke cara-cara makan omnivora mereka.

Studi tadi juga menyatakan, sebanyak lebih dari 50 persen bahkan mengatakan, mereka kembali makan daging dalam waktu satu tahun setelah sebelumnya mencoba menghindari berbagai jenis daging dan turunannya.

Lantas, mengapa begitu banyak vegetarian dan vegan yang menyerah lalu kembali makan daging? Kendati lebih dari 50 persen dari para mantan pemakan sayuran itu menyatakan menjadi vegetarian atau vegan lantaran termotivasi atau demi alasan kesehatan, namun mereka juga ternyata punya banyak alasan untuk kembali makan daging.

Sebanyak 63 persen menyatakan pada dasarnya gaya hidup mereka tidaklah vegetarian, namun semangat untuk mencoba menjalani gaya hidup sehat dengan cara menghindari makan daging begitu populernya di masyarakat. Sehingga mereka cendeurng ikut-ikutan.

Sementara itu, sebanyak 84 persen melaporkan, tidak terlalu aktif bergabung dalam klub, komunitas, atau organisasi khusus sesama vegetarian atau vegan, sehingga semakin lama semakin kehilangan motivasi untuk terus menjalani gaya hidup para pemakan sayuran ini.

Seorang ilmuwan yang ikut melakukan studi ini mengaku sempat memasak banyak menu vegetarian dan vegan seusai belajar di sekolah kuliner Gourmet Institute, yang mana kurikulumnya difokuskan terutama pada pola makan nabati.

Sejak itu, ia pun mulai rajin mengunggah foto-foto hasil masakannya ke akun Instagram-nya, sehingga orang-orang banyak yang menjadi followers -nya dan bertanya apakah ia juga sudah menjalani hidup sebagai seorang vegetarian.

Pada kenyataanya, sang ilmuwan mengaku, pendekatan yang dilakukannya itu disebutnya flexitarian , yakni sebagian besar menyantap menu vegetarian, namun sesekali masih makan daging, serta ikan, telur, dan beberapa unggas.

Sang ilmuwan juga mengaku, tujuannya mengurangi konsumsi daging lantaran ia merasa sangat prihatin tentang kesejahteraan hewan dan lingkungan, sama seperti motvasi para vegetarian sejati lainnya, sehinnga ia juga lebih memilih membeli daging, telur, dan susu organik.

Di sisi lain, ia juga menjalani pola makan mirip penganut diat Paleo , yang sangat berhati-hati dan menghindari makanan olahan serta gula halus sebanyak mungkin. Sejalan dengan diet Mediterania yang banyak dipuji banyak orang, sang ilmuwan mengaku cenderung mengisi piringnya dengan produk segar, menikmati banyak ikan, dan menggunakan extra -virgin olive oil dalam memasak.

Oleh karena itu, sang ilmuwan mengatakan, konsep diet flexitarianisme merupakan yang terbaik di antara semua jenis diet yang ada di dunia. Sebab ia sangat menyukai sayuran an buah-buahan, di sis lain, ia juga amsih sempat menikmati steik satberkumpul bersama teman-teman dab keluarganya di pesta akhir tahun.

“Dengan menjalani gaya hidup flexitarian , saat saya berkunjung ke rumah teman atau restoran tertentu, dan saya ingin menyantap menu burger, saya tak akan merasa bersalah. Jadi, mengapa tidak menjalani hidup yang sesuai dengan apa yang tubuh Anda inginkan?” ujar sang ilmuwan.

Untuk memulainya sebagai flexitarian , meski tak harus menghilangkan menu daging sama sekali, Anda bisa mencoba menambahkan lebih banyak menu vegetarian dalam pola makan mingguan, sekaligus menerapkan aturan Senin Tanpa Daging.