Rabu, 25 April 2012

Biasakan Menyimak Kandungan GIzi dari Label

Apa yang membedakan orang Indonesia dengan orang Amerika jika hendak membeli makanan kaleng di supermarkat? Orang Indonesia akan melihat tanggal kedaluwarsa, sedangkan orang Amerika akan melihat kandungan lemak dari makanan kaleng tersebut.


Gurauan tersebut secara tidak langsung menunjukkan kondisi makanan kaleng di Indonesia. mengapa? Di negara-negara maju produk makanan yang kedaluwarsa jarang ditemui, sebaliknya di Indonesia masih dapat  dijumpai produk-produk yang telah kedaluwarsa beredar di pasaran.


Sebenarnya tanggal kedaluarsa hanya salah satu hal yang dapat diperoleh dari label  makanan. Selain itu, kita dapat mengetahui kandungan gizi makanan tersebut dari labelnya. Persoalannya, berapa banyak dari kita yang membaca dengan teliti label sebuah produk makanan sebelum membelinya?
Salah satu cara paling mudah untuk mengetahui kandungan suatu makanan (khususnya makanan kemasan) ialah dengan melihat pada label kemasan. Menurut peraturan, setiap produk makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan pada labelnya, yakni mengenai bahan-bahan yang digunakan, susunan (komposisi) zat gizi, tanggal kedaluwarsa, dan keterangan penting lainnya.


Keterangan bahan yang digunakan serta komposisi zat gizi dapat membantu kita memilih dan menggunakan produk makanan tersebut. Sementara itu, tanggal kedaluwarsa menentukan kelayakan makanan untuk dikonsumsi. Keterangan lainnya memberi informasi, misalnya, apakah suatu makanan halal atau tidak. Dari keterangan ini, kita dapat menentukan apakah sebaiknya mengonsumsi makanan tersebut  atau tidak, serta berapa banyak yang boleh dikonsumsi.


Contoh kasus, jika kita membeli es krim dan tertulis dalam kemasannya light, ini tidak berarti es krim tersebut cocok untuk diet, kecuali jika secara tegas dinyatakan es krim light in fat yang berarti kandungan lemaknya rendah. Contoh lain adalah minyak goreng dengan label non-kolesterol. Kalau definisi non-kolesterol, semua minyak goreng nabati (sawit, kelapa, kedelai, jagung dan sebagainya) memang betul non-kolesterol, karena tidak ada satupun pangan nabati yang mengandung kolesterol. Kolesterol hanya ditemukan dalam pangan hewani. Menurut Nutrition Labeling and Education Act atau NLEA (1994) yang dikeluarkan pemerintah AS, suatu produk boleh mengklaim non-kolesterol bila kandungan kolesterol per 50 gram bahan adalah kurang dari 2 miligram dan kandungan lemak jenuhnya kurang dari 2 gram.


Jadi, biasakan menyimak kandungan gizi sebelum membeli makanan dalam kemasan...


Sumber: kompas klasika