Prajurit itu melahirkan di Kamp Bastion, Selasa (18/9/2012), hanya beberapa hari setelah Taliban menyerang pangkalan militer utama Inggris di Provinsi Helmand itu.
Bayi itu lahir lima pekan lebih cepat dari jadwal seharusnya. Meski demikian, sejauh ini kondisi ibu dan bayinya dikabarkan dalam kondisi sehat.
Tim dokter ahli dari Rumah Sakit John Radcliffe, Oxford, Inggris akan berangkat ke Afganistan pekan depan untuk merawat ibu dan bayinya termasuk dalam perjalanan pulang ke Inggris.
Peristiwa kelahiran ini mengejutkan para petinggi militer yang memicu perintah pengecekan lebih ketat untuk semua prajurit perempuan yang dikirim ke garis depan.
Sejak 2003, tak kurang dari 200 prajurit perempuan di garis depan hamil sehingga memaksa komandan mereka untuk mengirim pulang para prajurit hamil itu.
Tapi inilah kali pertama seorang prajurit Inggris melahirkan anak di garis depan di Afganistan.
Padalah, beberapa hari sebelumnya, prajurit perempuan ini masih bertempur melawan pasukan Taliban yang menyerang kamp Bastion tanpa menyadari bahwa dia tengah mengandung.
Sejak Maret lalu prajurit perempuan yang tak disebut identitasnya itu bertugas bersama Brigade Senapan Mesin ke-12 namun baru akhir pekan lalu dia mengeluhkan sakit di sekitar perutnya.
Tanpa dinyana, dokter yang memeriksanya mengatakan dia sudah hamil 34 pekan yang artinya sebenarnya dia sudah memasuki masa kehamilan sebelum berangkat ke Afganistan, sebelum menjalankan tugas selama enam bulan.
Namun, para dokter militer Inggris di Afganistan keheranan karena prajurit ini tidak mengalami efek-efek kehamilan sebagaimana dialami perempuan lain selama bertugas.
Sekitar 500 prajurit perempuan Inggris saat ini bertugas di Afganistan. Sejauh ini delapan prajurit perempuan Inggris meninggal dunia di Afganistan dan Irak atua sekitar dua persen dari seluruh prajurit Inggris yang tewas.
Sumber : kompas.com