Jumat, 30 Maret 2012

Cara Melatih anak bisa berbahasa Inggris



Berikut sharing yang saya dapat http://subekti.com tentang anaknya dalam belajar bahasa inggris di Australia. Mungkin akan berguna jika kita coba terapkan pada anak kita atau keponakan kita atau bahkan cucu kita sendiri..

Horeeeee… anakku sudah bisa bahasa Inggris! Inilah ekspresi awal yang saya ungkapkan ketika anak saya mulai berbicara bahasa Inggris. Melalui kolom ini saya ingin sedikit berbagi cerita, bagaimana anak saya belajar bahasa Inggris secara cepat.

Cerita ini saya ambil di sela-sela perjalanan saya menempuh studi di Australia. Berhubung persyaratan studi harus saya tempuh dalam waktu 4 tahun, saya memutuskan untuk membawa serta istri dan anak-anak saya.

Kira-kira awal 2010 saya mendaftarkan anak saya yang paling besar di sebuah sekolah dasar di negara bagian Adelaide. Jujur, awalnya hati saya sangat was-was, karena anak saya yang berumur 6 tahun tidak bisa bahasa Inggris dengan lancar. Meskipun saat masuk di sekolah dasar di Indonesia Dia belajar bahasa Inggris, toh hasilnya masih sangat pas-pasan.

Bisa dibayangkan, bagaimana anak akan berinteraksi dengan lingkungannya dimana dia tidak bisa sama sekali bahasa Inggris. Nampaknya prediksi saya tidak meleset. Hari pertama anak saya semangat dengan sekolah barunya di Adelaide. Hari ke-2 saya melihat gejala tidak beres. Anak saya mulai menangis tidak mau sekolah. Hal ini terjadi hingga hari ke-2, ke-3 dan ke-4 dan semakin parah. Dia tidak mau sekolah dan ingin kembali ke Indonesia.

Permasalahan anak saya ini selanjutnya saya sampaikan dengan guru kelasnya. Saya bersyukur karena guru kelasnya sangat faham dengan kondisi ini. Sekolah ini memiliki banyak sekali siswa pendatang yang tidak memiliki kemampuan bahasa Inggris cukup. Dia bilang jika anak saya akan menguasai bahasa Inggris dalam waktu pendek. Akhirnya, kita bekerja sama untuk mengatasi problem anak saya. Target awal anak saya mau sekolah dulu.

Hampir setiap hari masuk sekolah anak saya selalu menangis. Minimal 1 jam dia menangis di sekolah setiap pagi. Begitu saya datang, Sang Guru langsung menjemput saya dan mengajak anak saya masuk kelas. Saya disuruh pulang dan tidak boleh menunggu di sekolah. Sang Guru bilang jika ini tugas dia dan sekolah untuk mendidik anak saya. Saya diberitahu diberitahu oleh Sang Guru jika sekolah akan menelpon saya jika terjadi sesuatu dengan anak saya, baik perkembangan yang baik dan buruk. Hampir selama 1 minggu setiap jam 11 siang saya ditelpon perkembangan anak saya jika dia baik-baik saja. Setiap selesai sekolah, Sang Guru selalu memberi tahu jika anak saya menangisnya selalu berkurang setiap hari. Coba Anda bayangkan jika ini terjadi selama 3 bulan. Ya, memang ini terjadi selama 3 bulan untuk membuat anak saya mau sekolah dan mulai nyaman dengan bahasa Inggris.

Poin yang ingin saya angkat dari cerita di atas adalah mengapa anak saya selalu menangis. Jawabnya sederhana, dia harus sekolah di negara asing dengan teman-teman yang kebanyakan anak-anak bule yang memiliki bahasa dan budaya yang berbedaberbeda, terutama penggunaan bahasa Inggris dalam pergaulan sehari-hari termasuk kegiatan belajar dan mengajarnya.

Meskipun anak saya tidak bisa bahasa Inggris, saya optimis anak saya akan menguasai bahasa Inggris secara alamiah dalam waktu yang sangat cepat. Alasan saya adalah karena anak saya terekpos di suatu tempat yang memaksa dia harus belajar dan berbicara bahasa Inggris. Tidak ada kata tidak untuk tidak belajar bahasa Inggris. Dia harus belajar bahasa Inggris. Memaksa secara positif akan berdampak postif juga.

Selanjutnya, saya berasumsi jika lingkungan membawa dampak yang sangat besar untuk pertumbuhan bahasa Inggris anak. Pengamatan saya ternyata benar, meskipun menangis setiap pagi ketika masuk sekolah, saya melihat anak saya tetap belajar bahasa Inggris dan mulai mengatakan beberapa kata dalam bahasa Inggris setelah 2 minggu dia masuk sekolah. Bagi saya ini perekambangan yang luar biasa karena kata demi kata sudah mulai keluar dari mulutnya. Saya biarkan anak saya berbicara bahasa Inggris sebisanya dan sedikit demi sedikit saya perbaiki. Saya cenderung menyiapkan lingkungan yang secara alamiah akan membuat dia belajar bahasa Inggris.

Salah satu yang membuat anak saya semakin dekat bahasa Inggris selain lingkungan sekolah adalah sisi kondisi keluarga. Hampir setiap hari kita melihat tayangan TV berbahasa Inggris. Karena di Australia maka tayangan TV semua berbahasa Inggris, jadi mau tidak mau dia harus konsumsi bahasa Inggris. Belum lagi didukung lingkungan sekitar yang memang harus berbahasa Inggris, seperti ketika kita berbelanja atau bertemu teman-teman saya, Dia harus berbicara bahasa Inggris.

Saya melihat lonjakan drastis pada kemampuan bahasa Inggris anak saya setelah 3 bulan di Adelaide. Kemampuan bahasa Inggrisnya benar-benar naik drastis. Dia mulai berbicara bahasa Inggris. Ketika bertemu teman-temannya dia selalu berbicara Bahasa Inggris. Bahkan, anak saya sudah berani kritik bahasa Inggris orang tuanya. Dia sering berkomentar, “Pa ini itu salah ngucapkannya, begini loh cara ngucapkannya”. Wah hebat sekali anak saya, 3 bulan sudah bisa bahasa Inggris. Hal yang aneh sering terjadi, jika saya bicara dengan bahasa Indonesia atau Jawa dia akan jawab dengan bahasa Inggris. Kami memang berbicara gado-gado, Inggris, Indonesia dan Jawa. Jadi secara tidak langsung, anak saya belajar ketiga bahasa tersebut secara alamiah.

Saat ini anak saya sudah hampir 2 tahun sekolah di Adelaide, bahasa Inggrisnya memang jauh lebih baik dari setahun yang lalu. Untuk pengucapan sudah seperti native speaker, bahkan saya tidak bisa mengucapkan seperti dia. Saya sangat senang sekali melihat anak saya bisa bahasa Inggris. Hore anaku sudah bisa berbahasa Inggris.

Dari cerita saya di atas, saya menyimpulkan:
Kemampauan belajar bahasa Inggris akan tumbuh dengan baik karena faktor kebiasaan untuk menggunakana bahasa tersebut. Belajar bahasa itu belajar ketrampilan yang perlu dilatih, seperti ketrampilan berbicara mendengarkan (listening), berbicara (speaking), menulis (writing) dan membaca (reading). Kita perlu membiasakan anak-anak kita menggunakan bahasa tersebut meskipun tidak banyak. Semakin sering terlibat dengan bahasa Inggris, semakin dekat anak dengan bahasa yang dipelajarinya. Ini bisa menjadi model untuk menimbulkan kesukanaan mempelajari suatu bahasa sehingga muncul motivasi belajar bahasa Inggris;
Usia anak-anak sangat tepat untuk belajar suatu bahasa. Biarkan dia belajar secara alamiah, jangan paksa dia belajar bahasa Inggris seperti orang dewasa yang memaksakan untuk menguasai tata bahasa. Otak anak-anak masih sangat fleksibel untuk menerima bahasa;
Ciptakan lingkungan yang mendukung, khususnya di rumah tangga. Berikan tontonan yang berbahasa Inggris, buku-buku berbahasa Inggris, dan berbagai mainan yang memaksa dia untuk menggunakan bahasa Inggris. Akan lebih baik jika orang tua mau mendampingi anak belajar dan sedikti bisa berbahasa Inggris. Meluangkan waktu dengan menggunakan bahasa Inggris dicampur dengan bahasa Indonesia / daerah ketika berkomunikasi akan sangat membantu anak-anak menguasai bahasa Inggris dan menimbulkan kebiasaan berbahasa Inggris.
Cari sekolah yang mengajarkan bahasa Inggris. Hampir semua sekolah mengajarkan bahasa Inggris, tetapi harus hati-hati karena ada yang mengajarkan bahasa Inggris secara asal-asalan saja. Jika guru bahasa Inggris mengajarnya asal-asalan justru membuat anak takut belajar bahasa Inggris. Perlu sesekali orang tua bertanya atau mengamati bagaimana anak-anak belajar bahasa Inggris di sekolah.


Demikian tips sederhana ini, semoga bermanfaat.